Select a Language

Jumat, 19 Oktober 2012

Amalan Haji: tidak Perlu Berkecil Hati karena tidak Mampu Berhaji

Khutbah Jum'at, Amalan Haji: tidak Perlu Berkecil Hati karena tidak Mampu Berhaji.

الْحَمْدُ للهِ القَوِيِّ المَتِينِ، سُبْحَانَهُ خَلَقَ الإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ، وَهَدَاهُ لِلْمَنْهَجِ القَوِيمِ، وَسَنَّ شَرَائِعَ فِيهَا القُوَّةُ وَالتَّمكِينُ، بِحِكْمَتِهِ نُؤْمِنُ، وَبِقُدْرَتِهِ نُوقِنُ، عَلَيْهِ نَتَوَكَّلُ، وَإِيَّاهُ نَستَعِينُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.
فيا أيها المسلمون أوصى نفسى ونفسكم بتقوى الله عز وجل وتمسك بهذا الدين تمسكا قويا والاستقامة في سبيله. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

معاشر المسلمين رحمكم الله


Dengan penuh kekhusyuan, kethawaddhu’an dan terpusatnya konsentrasi alam pikiran kita, maka khatib ingin mengajak kita semua agar senantiasa mengistiqamahkan keimanan dan ketaqwaan kita yang memang kadangkala bertambah dan kadangkala pula berkurang, yaitu dengan terus melaksanakan apa yang menjadi perintah Allah dan rasul-Nya, dan menjauhi sekaligus berupaya meninggalkan apa-apa yang dilarangan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Selain itu, rasa syukur yang paling dalam mesti pula kita curahkan kehadirat llahi Rabbina yang telah menganugerahkan beraneka ragam kenikmatan-Nya, sehingga kita tidak mampu menghitung secara kuantitatif semua nikmat dan anugerah Allah Ta’ala itu.

معاشر المسلمين رحمكم الله

Kurang lebih satu minggu lagi atau tepatnya pada tanggal 26 Oktober 2012 mendatang yang bertepatan dengan 10 Dzulhijjah 1433 H, kita akan merayakan salah satu hari besar dalam Islam yakni hari raya Idul Adha atau disebut hari raya qurban. Oleh karena itu, marilah kita mempersiapkan diri untuk menyambut hari raya tersebut dengan penuh suka cita dan berupaya untuk bertaqarrub ilallah atau berupaya mendekatkan diri kepada Allah melalui berbagai amal shalih yang dapat kita lakukan.

Kenapa kita mesti memperbanyak amal shalih di bulan Dzulhijah ini, terutama dari tanggal 1 sampai 10 Dzulhijjah, jawabannya adalah karena bulan ini adalah bulan yang banyak keutamaan yang keutamaannya itu tidak hanya untuk orang yang berhaji, tetapi kita yang tidak berhaji pun mendapatkan kesempatan emas untuk melakukan amal shalih tersebut, bahkan bulan ini juga mengenalkan kepada kita banyaknya nilai-nilai pendidikan bagi kita semua.

Adapun amal shalih yang dianjurkan kepada kita untuk dilakukan pada bulan ini, selain memperbanyak shadaqah, berdzikir, tilawah Alquran, tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir, serta amal shalih lainnya, kita juga dianjurkan untuk beramal shalih sebagaimana yang telah ditentukan dalam agama.

معاشر المسلمين رحمكم الله

Beberapa amalan tersebut adalah, yang pertama Puasa Arafah.

Pada hari arafah atau tepatnya pada tanggal 9 Dzuhijjah, ketika para jama’ah haji sedang wukuf di arafah, kita yang tidak sedang mengerjakan ibadah haji dianjurkan untuk berpuasa. Mengapa, kita dianjurkan untuk berpuasa pada hari itu,? Inilah keadilan Allah kepada kita yang belum mampu berhaji atau belum mendapatkan giliran untuk berhaji, agar kita pada hari itu mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT seperti pahala orang yang berhaji. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Qatadah r.a. :

سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ( رواه مسلم) »

Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya.” (HR. Muslim)

Hadis yang lain yang berkaitan dengan permasalahan ini adalah :

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ

Tidak ada satu hari yang pada hari itu Allah membebaskan para hamba dari api neraka yang lebih banyak dibandingkan hari Arafah. (HR. Muslim)

Berdasarkan hadis nabi di atas, kita patut bersyukur bahwa tidak hanya haji yang mabrur saja yang mendapatkan pahala surga, namun kita yang tidak berhaji pun baik karena memang kita tidak mampu atau pun karena belum mendapatkan giliran, kita pun dapat meraih penghargaan Allah tersebut, sehingga kita pun tidak perlu merasa berkecil hati, kita tidak perlu merasa kurang percaya diri, kita juga tidak perlu merasa bahwa Allah kurang sayang dengan kita, sebab hanya dengan berpuasa pada hari arafah yang Insya Allah dengan berpuasa tersebut, dosa kita pada tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya diampuni oleh Allah, sehingga kita pun insya Allah terbebas dari api neraka, sama seperti orang yang mendapatkan haji yang mabrur.

Namun demikian, hadis nabi di atas tidak tepat apabila kita pahami secara apa adanya, tidak tepat apabila kita pahami dengan mentah-mentah, atau tidak pantas apabila kita pahami dengan tekstual. Tentunya, agar dosa kita pada tahun yang lalu dan tahun yang akan datang dapat diampuni Allah, perilaku kita sehari-hari pun harus mendukung agar kita layak mendapatkan keampunan dari Allah. Maksudnya adalah, selama kita masih melakukan perbuatan-perbuatan dosa besar dan termasuk pula di dalamnya selama kita masih melakukan dosa-dosa yang kecil, maka menurut para pakar hadis, tentunya tidak cukup hanya dengan berpuasa pada hari Arafah tersebut untuk menebus dosa.

Artinya, kalau kita ingin dosa-dosa kita diampuni Allah, maka selain kita melaksanakan puasa di hari Arafah tersebut, juga mesti dalam keseharian kita meninggalkan perbuatan-perbuatan dosa besar dan meninggalkan pula dosa-dosa yang kecil. Hal ini tidak berbeda dengan orang yang melaksanakan ibadah haji. Orang yang melaksanakan ibadah ini dijanjikan Allah akan mendapatkan surga di hari perhitungan kelak. Hal ini sebagaimana dalam hadis nabi yang berbunyi :

ألعمرة الى العمرة كفّارة لما بينهما والحجّ المبرور ليس له جز اء ا لاّ الجنّة.

Artinya : “Menunaikan Umroh sampai pada pelaksanaan umrah yang berikutnya adalah menjadi penghapus dosa yang ada di antara kedua umrah tersebut. Adapun orang yang berhaji dan dapat meraih haji yang mabrur, tidak ada balasan yang lebih tepat untuknya kecuali Surga”

Namun demikian, tidak semua orang yang berhaji mendapatkan penghargaan Allah sebagaimana dalam hadis di atas. Sebab, orang yang berhaji yang mendapatkan surga Allah adalah hanya bagi mereka yang mendapatkan haji yang mabrur, yakni haji yang dilakukan secara ikhlas karena Allah SWT, haji yang dilaksanakan dengan jalan yang baik, bukan menyogok dan sebagainya baik untuk mendapatkan giliran atau pun untuk menjadi petugas haji, haji yang dilaksanakan bukan untuk mencari gelar atau julukan sebagai haji, dan haji yang dilaksanakan hanya untuk mengharapkan ridha Allah yang kemudian tercermin dalam perilakunya sehari-hari setelah berhaji yakni meninggalkan dosa-dosa besar dan termasuk pula di dalamnya meninggalkan dosa-dosa yang kecil.

Adapun dosa-dosa besar tersebut sebagaimana dalam kitab Az-Zawajir ‘An Iqtiraf Al-Kabair dan terdapat pula dalam kitab al-kabair wattahyin al-maharim, di antaranya adalah durhaka terhadap orang tua, berbuat zina termasuk pula berselingkuh, menipu, mencuri (korupsi), mabuk baik karena minum-minuman keras ataupun karena narkoba, memutuskan silahturahmi, menzhalimi orang lain, menindas, semena-mena, berkhianat dan sebagainya. Mudah-mudahan, khususnya saya sebagai khatib dan kita semua dapat meninggalkan dosa-dosa kecil dan dapat pula meninggalkan dosa-dosa besar tersebut serta bertaubat dengan taubatan nashuha terhadap dosa-dosa yang pernah kita lakukan. Amin.

معاشر المسلمين رحمكم الله

Amalan yang dianjurkan dalam agama yang kedua adalah shalat Idul Adha.
Untuk amalan yang kedua ini, kita semua pasti sudah mengetahuinya, dan kita pun hampir dipastikan juga mengetahui bahwa hukum melaksanakan Shalat Idul Adha adalah sunnah muakkad. Karena shalat Idul Adha hukumnya sunnah muakkad, tentunya pesan yang disampaikan nabi Muhammad SAW, janganlah shalat sunnah muakkad mengalahkan shalat wajib, sebab shalat lima waktu tetap yang lebih utama kita laksanakan. Selain itu, ketika kita mendengar takbir tahmid dan tahlil dibacakan ketika menjelang shalat id, kita pun bergegas menuju tempat shalat baik mesjid atau tempat-tempat shalat id lainnya karena takut ketinggalan dalam melaksanakan shalat id tersebut, mestinya ketika adzan shalat lima waktu, kita pun bergegas menuju mesjid atau tempat lainnya untuk melaksanakan shalat lima waktu tersebut.

Hal lainnya, kita juga dipastikan mengetahui bahwa sebaiknya pelaksanaan shalat ‘Idul Adha disegerakan agar kaum muslimin dapat pula bersegera menyembelih hewan kurbannya, sehingga daging kurban itu dapat segera dinikmati.

معاشر المسلمين رحمكم الله

Amalan yang selanjutnya yang dianjurkan agama adalah ber-qurban. Hal ini berdasarkan dari hadis nabi Muhammad SAW :

مَا عَمِلَ آدَمِىٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا

Tidak ada amalan yang diperbuat manusia pada hari raya qurban yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih hewan. Sesungguhnya hewan qurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu, dan kuku-kukunya. Sesungguhnya sebelum darah qurban itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima Allah. maka tenangkanlah jiwa dengan berqurban. (HR. Tirmidzi)

Kata qurban berasal dari bahasa Arab dengan wazan qaruba yaqrubu qurban, qurbnan yang artinya dekat. Lafal qurban diambil dari isim mashdar yaitu qurbnan dengan wazan fu’lanan yang di dalam lafal tersebut ditambah huruf alif dan nun yang berarti berupaya untuk dekat. Berupaya untuk dekat yang dimaksudkan di sini adalah berusaha mendekatkan diri kita kepada Allah Swt, khususnya pada bulan ini kaum muslimin yang mampu atau berupaya agar mampu mengeluarkan sejumlah biaya untuk menunjukkan salah satu upayanya dalam mendekatkan dirinya kepada Allah melalui hidup saling berbagi kepada sesama, dengan cara menyembelih hewan yang dianjurkan agar dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang berhak menerimanya.

Dari pengertian qurban di atas, kita perlu menyadari bahwa yang dijadikan objek atau sasaran hukum dari anjuran berqurban adalah kita kaum muslimin, bukan ditujukan kepada hewan yang akan kita sembelih yang menjadi objek atau sasaran hukum, sehingga ketika kita mendengar atau membaca adanya tulisan “hewan qurban” maka bukan maksudnya “korban’ dalam arti bahasa Indonesia yang menjadi objek penderita, sebab apabila kita memahami seperti itu, sama artinya kita melecehkan mahkluk Allah. Yang paling tepat ketika kita mendengar, melihat atau membaca tulisan “hewan qurban,” maka maksudnya adalah hewan yang disembelih dalam rangka taqarrub kepada Allah. Oleh karena itu, saya lebih cenderung menggunakan mengganti istilah “hewan qurban” menjadi “hewan taqarrub.” Hal ini perlu dilakukan, agar tidak adanya penyimpangan maksud dari arti “qurbanan” sebagaimana yang disebutkan sebelumnya.

معاشر المسلمين رحمكم الله

Selanjutnya, yang perlu pula kita perhatikan, khususnya berkaitan dengan daging sembelihan dari “hewan taqarrub” tersebut adalah yang paling berhak untuk menikmati daging tersebut adalah fakir miskin, sehingga mereka pun pada hari itu dapat menikmati daging sembelihan ini yang mungkin jarang sekali mereka nikmati. Oleh karena itu, orang yang pertama kali berhak mendapatkan daging sembelihan ini adalah mestinya para fakir miskin. Setelah ada kelebihan dari itu semua, baru kepada kerabat untuk menyambung silaturrahmi, kepada tetangga dan kepada teman untuk memperkuat persaudaraan.

Satu hal yang tampak mengherankan, adanya beberapa perkumpulan dalam masyarakat Islam yang membentuk semacam perkumpulan masyarakat tertentu atau perkumpulan masyarakat yang berasal dari daerah tertentu, melaksanakan pula penyembelihan hewan taqarrub ini. Permasalahannya, daging sembelihan dari hewan taqarrub ini hanya dinikmati oleh anggota perkumpulan tersebut. Hal ini merupakan kekeliruan dalam memahami hari raya Idul Adha, kekeliruan memahami misi dari hari raya idul adha, bahkan kekeliruan pula dalam memahami peristiwa dan hikmah yang terjadi pada Nabi Ibrahim as sebagaimana yang tercatat dalam sejarah Islam. Oleh karena itu, seandainya ada di antara kita ada yang membentuk perkumpulan semacam itu, maka kalau boleh saya berkata, bagikanlah kepada yang berhak terlebih dahulu.

معاشر المسلمين رحمكم الله

Kiranya, inilah yang dapat disampaikan dalam khutbah ini, intinya banyak sekali amalan-amalan yang dapat kita lakukan pada bulan Dzulhijjah ini, seperti memperbanyak shadaqah, berdzikir, tilawah Alquran, tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir, serta amal shalih lainnya. Selain itu, bagi kita yang tidak mampu melaksanakan haji atau belum mendapatkan giliran untuk melaksanakan ibadah haji, tidak perlu berkecil hati atau kurang percaya diri, karena kita pun memiliki kesempatan untuk mendapatkan pahala dan keampunan terhadap dosa sebagaimana orang-orang yang berhaji. Di antaranya, berpuasa pada hari Arafah atau hari kesembilan bulan dzulhijjah, karena dengan berpuasa pada hari itu, dosa kita tahun lalu dan tahun akan datang akan diampuni Allah, asalkan kita meninggalkan pula dosa-dosa besar dan termasuk pula meninggalkan dosa-dosa kecil. Selain itu, kita melaksanakan pula shalat idul adha yang hukumnya sunnah muakkad, namun janganlah sunnah muakkad mengalahkan kewajiban shalat lima waktu, dan terakhir adalah menyembelih hewan taqarrub yang niatnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah. Orang yang paling berhak mendapatkan daging sembelihan hewan taqarrub ini adalah kaum fakir miskin dan apabila ada kelebihannya, barulah kepada masyarakat muslim yang lain.

Mudah-mudahan kita menjadi umat yang selalu beruntung, mendapatkan rahmat dari Allah dan mendapatkan keampunan dari-Nya serta disehatkan badan, dipanjangkan umur, bahkan selalu konsisten berada di jalan Allah. Amin.

أعوذ بالله من الشّيـــطان الرّ جـــيم . بســم الله الــرّ حمن الرّ حــيم. يآيها الذين آمنوا واتقوا الله وابتغوا اليه الوسيلة وجاهدوا فى سبيله لعلكم تفلحون. بارك الله لى ولكم فى القرآن الكريم ونفعنى وإياكم بألايات والذكر الحكيم. وتقبل منى ومنكم إنه هوالسميع العليم. وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين.


Khutbah Kedua

الحمدلله الذى جعل ذوالحجة شهرا حجامباركا وفضلا كثيرا للناس. وجعل فيه رحمة ومبرورة لكل عباده ا لأبرار ويحطّ عنهم الذّ نوب والأوزار. أشهد أن لااله الاّ الله وحده لاشريك له الملك الرحيم الغـــفّار. واشهد أنّ سيّدنا محمّدا عبده ورسوله أفضل من قلّد الهدى وسنّ ا لأ شعار. اللّهمّ صلّ وسلّم وبارك على سيّدنا محمّد وعلى اله وأصحابه ا لأ طهار..
أما بعد. فيآأيهاالناس، أوصى نفسى ونفسَكم بتقوى الله حقّ تقاته ولا تموتنّ إلا وأنتم مسلمون. ولازموا الصلاة على خير خلقه عليه الصلاة والسلام. فقد أمركم الله بذلك إرشادا وتعليما،وإجلالا لقدر نبيّه وتعظيما. فقد قال الله تعالى "إنّ الله وملائكته يصلّون على النبي، يآيها الذين امنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما".
أللهم صل وسلم على سيدنا محمدن النبيِّ الأَوَّاه، وعلى آله وصحبه ومن والاه، وارضَ اللهم عن أصحابه أبي بكر وعمر وعثمان وعلى وعلى سآئر أصحاب نبيك أجمعين وعن التابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.
آمين آمين آمين يارب العالمين. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات، والمؤمنين والمؤمنات، الأحياء منهم والأموات، إنّك سميع قريب مجيب الدعوات. اللهم إنّا نسئلك الهدى والتقى والعفاف والغنى. اللهم إنّا نسئلك الثبات فى الأمر و نسئلك عزيمة الرشد، ونسئلك شكرنعمتك يآأرحم الراحمين. اللهم أحسن عاقبتنا فى الأمور كلها وأجرنا من خزى الدنيا وعذاب الأخرة، ربّنا تقبّل إنّك أنت السميع العالمين، وتب علينا إنّك أنت التواب الرحيم.ربّنا اتنافى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار.
عباد الله، إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذى القربى وبنهى عن الفحشاء والمنكر والبغى يعظكم لعلكم تذكّرون. فاذكرواالله العظيم يذكركم ، واسئلوه من فضله يعطكم ولذكرالله أكبر.

Terima kasih telah membaca artikel yang berjudul Amalan Haji: tidak Perlu Berkecil Hati karena tidak Mampu Berhaji Sahabat bisa menemukan artikel Amalan Haji: tidak Perlu Berkecil Hati karena tidak Mampu Berhaji dengan URL http://ushulfikih.blogspot.com/2012/10/amalan-haji-tidak-perlu-berkecil-hati-karena-tidak-mampu-berhaji.html, Silahkan kutip artikel Amalan Haji: tidak Perlu Berkecil Hati karena tidak Mampu Berhaji jika dipandang menarik dan bermanfaat, namun, tolong mencantumkan link Amalan Haji: tidak Perlu Berkecil Hati karena tidak Mampu Berhaji sebagai Sumbernya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Kami berharap anda dapat memberikan komentar, tetapi komentar yang relevan dengan artikel dan diharapkan menggunakan bahasa yang etis. terima kasih

Posting Lebih Baru Posting Lama