Select a Language

Tampilkan postingan dengan label Bacaan-Bacaan dalam Tradisi Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bacaan-Bacaan dalam Tradisi Islam. Tampilkan semua postingan

Kamis, 25 Oktober 2012

Bacaan Ma’asyiral Menjelang Khutbah Idul Adha

Bacaan ma’asyiral menjelang khutbah Idul Adha. Letak membaca bacaan ma’asyiral menjelang khutbah Idul Adha tidak berbeda dengan letak membaca bacaan ma’asyiral menjelang khutbah Jum’at dan letak membaca bacaan ma’asyiral menjelang khutbah Idul Fitri, yakni sebelum membaca bacaan ma’asyiral ini, terlebih dahulu bilal membaca shalawat nabi [إنّ الله وملائكته يصلّون على النبى...] innallaha wamalaikatahu yushalluna’alannaby… sampai akhir. Setelah selesai membaca shalawat itu, khatib pun naik mimbar selanjutnya mengucapkan salam dan kemudian duduk. Setelah khatib duduk di mimbar, baru bilal idul adha membaca ma’asyiral ini.

Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa masyarakat muslim khususnya Indonesia memiliki perbedaan dan hal ini mesti diakui ada. Menghadapi persoalan ini, tugas kita adalah

Sabtu, 18 Agustus 2012

Tata cara pelaksanaan Shalat Idul Fitri


Tata cara pelaksanaan Shalat Idul Fitri. Shalat idul fitri adalah shalat sunnah muakkad yang dilaksanakan di pagi hari tanggal 1 Syawal untuk setiap tahun. Sebagaimana diketahui bahwa idul fitri adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di dunia, karena, selain sebagai hari kemenangan, hari raya idul fitri merupakan ajang untuk kita bersilaturrahmi, saling kunjung mengunjungi antar sanak kerabat, handai taulan, juga kepada kaum muslimin lainnya.

Apabila saling bermaaf-maafan tersebut dapat dilakukan dengan diiringi hati yang ikhlas, maka kita pun dapat mencapai derajat yang biasanya disebut dengan kembali menjadi suci. Id bermakna kembali, fitri bermakna suci yang berarti kembali suci. Suci dari dosa yang pernah kita lakukan kepada sesama manusia dan seperti inilah yang dikehendaki sebenarnya dari perayaan idul fitri itu sendiri.

Bacaan Takbir (Takbiran) Hari Raya


Bacaan Takbir (Takbiran) Hari Raya. Hari raya idul fitri adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di dunia, karena, selain sebagai hari kemenangan, hari raya idul fitri merupakan ajang untuk bersilaturrahmi, saling kunjung mengunjungi antar sanak kerabat, handai taulan, dan juga kepada kaum muslimin lainnya. Mungkin di luar suasana idul fitri, kita merasa canggung dan malu atau bahkan kita merasa derajat kita terasa turun drastis apabila kita meminta ampun maaf, mengakui kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan baik kepada orang tua, kepada saudara, kepada sahabat dan kepada umat muslim lainnya, namun dengan adanya suasana idul fitri ini, perasaan malu, perasaan canggung atau pun perasaan sombong tersebut menjadi sirna, sehingga kita pun Insya Allah bisa mengakui kesalahan yang pernah kita lakukan dan dapat meminta ampun maaf atau pun saling memaafkan.

Selanjutnya, apabila semua ini dapat kita lakukan dengan sungguh-sungguh, dapat kita lakukan dengan diiringi hati yang ikhlas, maka kita pun dapat mencapai derajat yang biasanya disebut kembali suci. Id bermakna kembali,

Bacaan Shalawat antara Dua Khutbah


Bacaan Shalawat antara Dua Khutbah. Letak membaca shalawat ini adalah ketika khatib menyelesaikan khutbah pertamanya yang kemudian khatib pun duduk di mimbar. Setelah itu, barulah bilal membaca shalawat tersebut. Setelah selesai membaca shalawat ini, selanjutnya khatib berdiri dan menyampaikan khutbahnya yang kedua.

Bacaan shalawat untuk nabi ini tidak hanya berlaku pada dua khutbah shalat Jumat, tetapi juga dipakai untuk bacaan shalawat pada di antara dua khutbah idul fitri dan dua khutbah idul adha.

Di antara masyarakat muslim ada yang tidak memberlakukan dua khutbah untuk khutbah shalat idul fitri dan idul adha, sehingga dengan hanya satu kali khutbah, maka tidak digunakan pula bacaan shalawat yang ada di bawah ini. Namun demikian, tidak sedikit di antara masyarakat muslim, termasuk

Bacaan Ma’asyiral Menjelang Khutbah Idul Fitri

Bacaan Ma’asyiral Menjelang Khutbah Idul Fitri. Letak membaca bacaan ma’asyiral menjelang khutbah idul fitri tidak berbeda dengan letak membaca Bacaan Ma’asyiralMenjelang Khutbah Jum’at sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, yakni sebelum membaca bacaan ma’asyiral ini, terlebih dahulu bilal membaca shalawat nabi innallaha wamalaikatahu yushalluna'alannabiy.... dst. Setelah selesai membaca shalawat itu, kemudian khatib naik mimbar selanjutnya mengucapkan salam dan kemudian duduk. Dijelaskan kembali bahwa pada saat itulah bilal idul fitri membaca ma’asyiral ini.

Telah diuraikan pula bahwa ada perbedaan di antara umat Islam, namun perbedaan tersebut diharapkan dapat membawa dan mendatangkan rahmat dan dapat menjadi khazanah Islam dan dinamisnya Islam.

Bacaan Ma’asyiral Menjelang Khutbah Jum’at

Bacaan Ma’asyiral Menjelang Khutbah Jum’at. Seperti pada artikel sebelumnya tentang Bacaan Shalawat sebelum Khatib Naik Mimbar telah dijelaskan bahwa ketika bilal selesai membaca shalawat tersebut, khatib pun kemudian naik ke mimbar selanjutnya mengucapkan salam dan kemudian duduk. Setelah itu, baru kemudian bilal membaca ma’asyiral ini.

Sebagaimana diketahui dan seperti yang diuraikan pada artikel sebelumnya, ada perbedaan di antara umat Islam, namun yang diharapkan bahwa perbedaan tersebut dapat membawa dan mendatangkan rahmat. Itulah dinamika Islam yang perlu kita sadari, sehingga kita tidak membesar-besarkan perbedaan tersebut, namun perbedaan praktik ini menjadi khazanah dan dinamisnya Islam.

Bacaan Shalawat sebelum Khatib Naik Mimbar

Bacaan Shalawat sebelum Khatib Naik Mimbar. Bacaan shalawat ini adalah bacaan yang dibaca Bilal sebelum khatib naik mimbar untuk menyampaikan khutbah, baik pada khutbah shalat Jumat atau pun pada khutbah shalat idul fitri dan juga khutbah shalat idul adha.

Diakui, masyarakat muslim khususnya Indonesia memiliki perbedaan dan hal ini harus diterima sebagai bentuk bahwa perbedaan tersebut adalah rahmat. Bagi yang tidak menggunakan shalawat sebelum khatib naik mimbar bisa kita terima dan hal tersebut juga kita akui sebagai hal yang benar, namun bagi yang menggunakan bacaan ini tentunya bukan berarti salah, sebab menurut hemat saya, selama hal tersebut terutama bacaan shalawat ini, isinya tidak menyalahi aturan Islam atau selama isi dari bacaan shalawat ini tidak mengada-ada (semacam hal yang ganjil), maka hal ini dapat dipandang sebagai hal yang benar pula. Oleh karena itu, bagi yang tidak menggunakan dapat dipandang benar, dan bagi yang menggunakannya juga dipandang benar.
Postingan Lama