Select a Language

Tampilkan postingan dengan label Kegelisahan Intelektual. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kegelisahan Intelektual. Tampilkan semua postingan

Rabu, 08 Agustus 2012

Ustadz Gadungan Membahayakan Umat

Ustadz Gadungan Membahayakan Umat. Dua hari yang lalu, tepatnya pada hari Senin, 6 Agustus 2012, Wakil Ketua Tim Pemantau TV Ramadan 1433 H dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Imam Suhardjo, di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika seperti yang diberitakan di (http://www2.tempo.co/read/news/2012/08/07/151421835/Awas-Banyak-Ustadz-Gadungan-di-Televisi) mengatakan bahwa harusnya kualitas dan validitas serta keteladanan juru dakwah diperhitungkan. Mungkin sekali maksudnya adalah mestinya para ustadz/penceramah/juru dakwah memperhatikan kualitas yang dibicarakannya dan apabila ia menyampaikan suatu nash, khususnya hadis, mestinya yang benar-benar berkualitas tinggi atau shahih. Selain itu, maksud keteladanan juru dakwah, menurut hemat saya adalah perilaku mereka yang sudah dianggap sebagai ustadz harus menyesuaikan atau sesuai dengan apa yang mereka katakan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. ash-Shaff [61 2-3] yang artinya hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan, amat besar murka Allah apabila kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Minggu, 20 Mei 2012

Muslim Kognitif Perusak Agama dan Citra Umat


Muslim Kognitif Perusak Agama dan Citra Umat. Istilah kognitif –begitu juga apektif dan psikomotorik- sebenarnya istilah yang digunakan dan populer dalam dunia pendidikan. Kognitif biasanya diartikan sebagai penguasaan terhadap ilmu pengetahuan atau kompetensi intelektual. Apektif diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menjiwai pengetahuan yang dikuasainya, sedangkan psikomotorik diartikan sebagai terampilnya seseorang menerapkan ilmu pengetahuan yang dikuasainya dalam kehidupan yang nyata. Ketiga istilah tersebut dalam artikel ini dipinjam dan kemudian diinterpretasikan (takwil) untuk menggambarkan identitas seseorang yang mengaku sebagai muslim sejati. Penggambaran identitas itu berkaitan erat dengan perilaku, tingkah laku atau perbuatan seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penggambaran ini akan diketahui posisi seorang muslim yang akhirnya layak untuk menyandang gelar sebagai muslim kognitif, apektif atau sebagai muslim psikomotorik.

Muslim kognitif dalam artikel ini diinterpretasikan untuk menggambarkan bahwa seorang muslim tersebut mengetahui sedikit atau bahkan menguasai ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan agama. Ketika ia mendapatkan pelbagai pertanyaan tentang Islam dan ajarannya, baik berkaitan dengan dalil, asal suatu permasalahan dalam ajaran tersebut atau untuk menemukan rahasia-rahasia dan solusi terhadap problem dalam ajaran Islam yang sedang dihadapi, muslim kognitif tersebut langsung dapat mencairkan jawaban yang sangat memuaskan tanpa melalui proses berpikir yang panjang. Mengapa demikian?, jawabannya tidak lain adalah karena muslim kognitif itu telah mengetahui dan menguasai pelbagai ilmu keislaman yang tersimpan (box saving) di dalam jalur intelektualnya. Seandainya dapat diibaratkan, kepala seorang muslim kognitif tersebut laksana “kantong Doraemon”. Disebut demikian karena
Postingan Lama