Cari Blog Ini

Sabtu, 18 Agustus 2012

Bacaan Ma’asyiral Menjelang Khutbah Idul Fitri

Bacaan Ma’asyiral Menjelang Khutbah Idul Fitri. Letak membaca bacaan ma’asyiral menjelang khutbah idul fitri tidak berbeda dengan letak membaca Bacaan Ma’asyiralMenjelang Khutbah Jum’at sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, yakni sebelum membaca bacaan ma’asyiral ini, terlebih dahulu bilal membaca shalawat nabi innallaha wamalaikatahu yushalluna'alannabiy.... dst. Setelah selesai membaca shalawat itu, kemudian khatib naik mimbar selanjutnya mengucapkan salam dan kemudian duduk. Dijelaskan kembali bahwa pada saat itulah bilal idul fitri membaca ma’asyiral ini.

Telah diuraikan pula bahwa ada perbedaan di antara umat Islam, namun perbedaan tersebut diharapkan dapat membawa dan mendatangkan rahmat dan dapat menjadi khazanah Islam dan dinamisnya Islam.

Bacaan Ma’asyiral Menjelang Khutbah Jum’at

Bacaan Ma’asyiral Menjelang Khutbah Jum’at. Seperti pada artikel sebelumnya tentang Bacaan Shalawat sebelum Khatib Naik Mimbar telah dijelaskan bahwa ketika bilal selesai membaca shalawat tersebut, khatib pun kemudian naik ke mimbar selanjutnya mengucapkan salam dan kemudian duduk. Setelah itu, baru kemudian bilal membaca ma’asyiral ini.

Sebagaimana diketahui dan seperti yang diuraikan pada artikel sebelumnya, ada perbedaan di antara umat Islam, namun yang diharapkan bahwa perbedaan tersebut dapat membawa dan mendatangkan rahmat. Itulah dinamika Islam yang perlu kita sadari, sehingga kita tidak membesar-besarkan perbedaan tersebut, namun perbedaan praktik ini menjadi khazanah dan dinamisnya Islam.

Bacaan Shalawat sebelum Khatib Naik Mimbar

Bacaan Shalawat sebelum Khatib Naik Mimbar. Bacaan shalawat ini adalah bacaan yang dibaca Bilal sebelum khatib naik mimbar untuk menyampaikan khutbah, baik pada khutbah shalat Jumat atau pun pada khutbah shalat idul fitri dan juga khutbah shalat idul adha.

Diakui, masyarakat muslim khususnya Indonesia memiliki perbedaan dan hal ini harus diterima sebagai bentuk bahwa perbedaan tersebut adalah rahmat. Bagi yang tidak menggunakan shalawat sebelum khatib naik mimbar bisa kita terima dan hal tersebut juga kita akui sebagai hal yang benar, namun bagi yang menggunakan bacaan ini tentunya bukan berarti salah, sebab menurut hemat saya, selama hal tersebut terutama bacaan shalawat ini, isinya tidak menyalahi aturan Islam atau selama isi dari bacaan shalawat ini tidak mengada-ada (semacam hal yang ganjil), maka hal ini dapat dipandang sebagai hal yang benar pula. Oleh karena itu, bagi yang tidak menggunakan dapat dipandang benar, dan bagi yang menggunakannya juga dipandang benar.

Rabu, 15 Agustus 2012

HUT Kemerdekaan RI ke 67 dan Kaitannya dengan Ramadhan : Masihkah Kita Menghadapi Penjajahan?

HUT Kemerdekaan RI ke 67 dan Kaitannya dengan Ramadhan : Masihkah Kita Menghadapi Penjajahan?.

الحمد لله ، الحمد لله الذي جعل رمضانا شهرا مباركا وفضلا كثيرا بين أشهر آخر. وجعل فيه رحمة ومغفرة وعتقا من النار لكل عباد الذى يرجوها ويدعو لنيلها. والْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِى اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد النبي الذي أخرج الناس من الظلمات إلى النور. وكذلك صلاة وسلاما دائمين إلى يوم البعث والنشور وعلى آله الأطهار وأصحابه الأبرار ومَن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.. أما بعد.

Rabu, 08 Agustus 2012

Ustadz Gadungan Membahayakan Umat

Ustadz Gadungan Membahayakan Umat. Dua hari yang lalu, tepatnya pada hari Senin, 6 Agustus 2012, Wakil Ketua Tim Pemantau TV Ramadan 1433 H dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Imam Suhardjo, di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika seperti yang diberitakan di (http://www2.tempo.co/read/news/2012/08/07/151421835/Awas-Banyak-Ustadz-Gadungan-di-Televisi) mengatakan bahwa harusnya kualitas dan validitas serta keteladanan juru dakwah diperhitungkan. Mungkin sekali maksudnya adalah mestinya para ustadz/penceramah/juru dakwah memperhatikan kualitas yang dibicarakannya dan apabila ia menyampaikan suatu nash, khususnya hadis, mestinya yang benar-benar berkualitas tinggi atau shahih. Selain itu, maksud keteladanan juru dakwah, menurut hemat saya adalah perilaku mereka yang sudah dianggap sebagai ustadz harus menyesuaikan atau sesuai dengan apa yang mereka katakan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. ash-Shaff [61 2-3] yang artinya hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan, amat besar murka Allah apabila kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Postingan Lebih Baru Postingan Lama