Muslim Kognitif Perusak Agama dan Citra Umat. Istilah kognitif –begitu juga apektif dan psikomotorik- sebenarnya istilah yang digunakan dan populer dalam dunia pendidikan. Kognitif biasanya diartikan sebagai penguasaan terhadap ilmu pengetahuan atau kompetensi intelektual. Apektif diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk menjiwai pengetahuan yang dikuasainya, sedangkan psikomotorik diartikan sebagai terampilnya seseorang menerapkan ilmu pengetahuan yang dikuasainya dalam kehidupan yang nyata. Ketiga istilah tersebut dalam artikel ini dipinjam dan kemudian diinterpretasikan (takwil) untuk menggambarkan identitas seseorang yang mengaku sebagai muslim sejati. Penggambaran identitas itu berkaitan erat dengan perilaku, tingkah laku atau perbuatan seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penggambaran ini akan diketahui posisi seorang muslim yang akhirnya layak untuk menyandang gelar sebagai muslim kognitif, apektif atau sebagai muslim psikomotorik.
Muslim kognitif dalam artikel ini diinterpretasikan untuk menggambarkan bahwa seorang muslim tersebut mengetahui sedikit atau bahkan menguasai ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan agama. Ketika ia mendapatkan pelbagai pertanyaan tentang Islam dan ajarannya, baik berkaitan dengan dalil, asal suatu permasalahan dalam ajaran tersebut atau untuk menemukan rahasia-rahasia dan solusi terhadap problem dalam ajaran Islam yang sedang dihadapi, muslim kognitif tersebut langsung dapat mencairkan jawaban yang sangat memuaskan tanpa melalui proses berpikir yang panjang. Mengapa demikian?, jawabannya tidak lain adalah karena muslim kognitif itu telah mengetahui dan menguasai pelbagai ilmu keislaman yang tersimpan (box saving) di dalam jalur intelektualnya. Seandainya dapat diibaratkan, kepala seorang muslim kognitif tersebut laksana “kantong Doraemon”. Disebut demikian karena